Senin, 11 Juli 2016

Sosiolinguistik " Ahli Kode dan Campur Kode "



Berikut akan saya paparkan tentang pengertian dan contoh dari Ahli Kode dan Campur Kode dalam Sosiolinguistik. Ini merupakan tugas mata kuliah Sosiolinguistik sewaktu saya duduk disemester empat, tugas ini ingin ku share kepada teman-teman sekalian supaya lebih memudahkan dan memahami kalian khususnya saya mengenai apa yang dimaksud dengan Ahli Kode dan Campur Kode. Saya harap teman-teman dapat bisa dan lebih memahami pengertian mengenai Ahli Kode dan Campur Kode dan diharapkan kepada pembaca buatlah contoh Ahli Kode dan campur kode sesuai dengan suku kalian atau bahasa yang kalian gunakan dikampung halaman kalian, agar kita dapat saling mengenal dan mengetahui bagaimana bahasa dari masing-masing daerah kita, ok? Kalau sudah share yah keteman-teman yang lain.
Disni saya menggunakan dialek dengan dua bahasa, yang pertama bahasa Tolaki dan Bahasa Indonesia, disini perlu saya jelaskan bahwa sebenarnya bahasa Tolaki yang saya gunakan bukan asli bahasa saya, hanya saya tinggal di daerah suku Tolaki jadi saya berinisiatif untuk belajar bahasa Tolaki, contoh dibawah ini saya buat sendiri tetapi saya terjemahkan kedalam bahasa Tolaki ini dari teman kuliah saya yang kebutulan dia asli Tolaki dimana tempat tinggal saya berada sekarang ini, yaitu di Kota Sulawesi Tenggara, Kab Kolaka, Kec Pomalaa, Kel Dawidawi.
Berikut pembahasannya:

1. Alih Kode
 Alih kode atau code switching adalah peristiwa peralihan dari satu kode ke kode yang lain dalam suatu peristiwa tutur. Misalnya, penutur menggunakan bahasa Indonesia beralih menggunakan bahasa Inggris. Alih kode merupakan salah satu aspek ketergantungan bahasa (language dependency) dalam masyarakat multilingual. Dalam alih kode masing-masing bahasa cenderung masih mendukung fungsi masing-masing dan  masing-masing fungsi sesuai dengan konteksnya.
Nababan (1984:31) menyatakan bahwa konsep alih kode ini mencakup juga kejadian pada waktu kita beralih dari satu ragam bahasa yang satu ke ragam yang lain. Misalnya, ragam formal ke ragam santai, dari kromo inggil (bahasa jawa) ke bahasa ngoko dan lain sebagainya. Kridalaksana (1982:7) mengemukakan bahwa penggunaan variasi bahasa lain untuk menyesuaikan diri dengan peran atau situasi lain, atau karena adanya partisipasi lain disebut alih kode. Holmes (2001:35) menegaskan bahwa suatu alih kode mencerminkan dimensi jarak sosial, hubungan status, atau tingkat formalitas interaksi para penutur.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa alih kode merupakan gejala peralihan pemakaian bahasa karena perubahan  peran dan situasi. Alih kode menunjukkan adanya saling ketergantungan antara fungsi kontekstual dan situasional yang relevan dalam pemakaian dua bahasa atau lebih.

*      Contoh 1

Penutur I          : “Sudah lama di Bandung, Pak?”
Penutur II        : “Lama juga, dari sejak kuliah.”
Penutur I          : “Dulu SMAnya memang di mana?”
Penutur II        : “Di Kolaka.”
( Tiba-tiba Penutur I beralih ke bahasa Tolaki setelah mengetahui Penutur II mengetahui tempat asalnya )
Penutur I        : “Aso kambomiu pera“
                           ( kita satu kampung itu )
Penutur II        : “Humbe poiya'amu ikeni ?”
                           ( Dimana kamu tinggal disini )
Penutur I        : “Ikeni inaku mo'iya i'kandari”
                          ( disini saya tinggal dikendari )

*      Contoh 2

Penutur I          : “ Mbakoe i hawi i putri pekakei pak la'alu.“
                            ( Kenapa kemarin Putri dipanggil sama Pak La'Alu )
Penutur II
         : “ Oo..hanu bara la'a tugas no konohari pasipolei nilai no..”
                            ( Ooo katanya masalah tugas, ada yang tidak tuntas nilainya )
Penutur I.
         : " inae ? "
                            ( siapa ? )
Penutur II.
        : " Vika i'yamu teninggei iro'o oho.. "
                            ( Vika, jangan kamu kasih tau dia nah?)

 Penutur III datang, lalu beralih ke bahasa indonesia

Penutur III
       : "Apa yang kalian bikin disini?"
Penutur I
          : "Duduk-duduk"

*      Contoh 3
Penutur 1         : "cewek. Boleh kenalan?"
Penutur 2
         : "iya."
                          (Bersalaman)
Penutur 1
         : "Rian"
Penutur 2
         : "Saya Tiwi"
Penutur 1
         : "Tinggal dimana?"
Penutur 2
         : "Di daerah Dawidawi."
Penutur 1
         : "Asli mana?"
Penutur 2
         : "Kendari."
Penutur
1         : "Berarti inggito aso kambo, inaku to'onggu ari kandari"
                       
     ( berarti kita satu kampung, saya juga dari kendari)
Penutur 2.      : " o iye"
                         (Iya)
Penutur 1      : " Hapo niwai mu i'keni.. "
                          ( Apa yang kamu lakukan disini )
Penutur 2.      : " Keno inaku kuliah,keno inggo'o hapo niwaimu ikeni?? "
                          ( Saya kuliah, kalau kamu apa yang kamu lakukan disini? )
Penutur 1.      : "Modama"
                          ( Kerja )

*      Contoh 4
Penutur 1.      : "Hapo niwai mu i'keni..?"
                         ( apa yang kamu lakukan disini? )
Penutur 2.      : "Inaku la'a mo'oli.."
                         ( Saya lagi belanja )
Penutur 1.      : "Inae walimu leu..?"
                         ( Sama siapa kamu datang?)
Penutur 2.      : "Tantenggu"
                         ( Tante ku )
( Tiba-tiba Tante si penutur  muncul yang dari jakarta lalu beralih kebahasa indonesia)
Penutur 1.      : Lagi belanja apa tante?
Penutur 3.      : ini ,, ( sambil menunjukkan belanjaannya ) 

*      Contoh 5
Penutur 1        : "Saya mau ke rumah sakit besok "
Penutur 2        : "Siapa sakit ? "
Penutur 1        : "Retno "
Penutur 3        : "Saya ikut juga "

( Tiba-tiba penutur 4 muncul yang tidak sengaja mendengar mereka berbicara, dan juga memberitahu mereka menggunakan bahasa tolaki yang )

Penutur 4         : "Modeai i Retno bara mosalaki arino poko pekulei wali no.. "
                       
   ( Katanya Retno mengalami kecelakaan ketika dia ingin mengantarkan  pulang kekasihnya )
Penutur 1
         : " Humbe inggo’o modeai iro’o berita ?"
                        
   (  Dimana kamu dengar berita itu? )
Penutur 4
         : " Ku modeai ari tetanggano, kebetulan tetanggangu keluargano wali no  Retno " ( Saya mendengar dari tetangga, kebetulan tetangga saya keluarga dari kekasih  Retno)

2. Campur Kode
Nababan (1984:32) mengatakan campur kode adalah suatu keadaan berbahasa dimana orang mencampur dua (atau lebih) bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak tutur. Dalam campur kode penutur menyelipkan unsur-unsur bahasa lain ketika sedang memakai bahasa tertentu. Sebagai contoh si A berbahasa Indonesia. Kemudian ia berkata “sistem operasi komputer ini sangat lambat”. Lebih lanjut, Sumarsono (2004:202) menjelaskan kata-kata yang sudah mengalami proses adaptasi dalam suatu bahasa bukan lagi kata-kata yang mengalami gejala interfensi, bukan pula alih kode, apalagi campur kode. Dalam campur kode penutur secara sadar atau sengaja menggunakan unsur bahasa lain ketika sedang berbicara. Oleh karena itu, dalam bahasa tulisan, biasanya unsur-unsur tersebut ditunjukkan dengan menggunakan garis bawah atau cetak miring sebagai penjelasan bahwa si penulis menggunakannya secara sadar. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa campur kode merupakan penggunaan dua bahasa dalam satu kalimat atau tindak tutur secara sadar.
Kegiatan campur kode untuk tujuan lebih mengakrabkan suasana antara pembicara dan pendengar  juga dapat kita temukan pada kegiatan-kegiatan semi formal,
*      Contoh 1 : misalnya dalam kegiatan ceramah agama Seperti contoh berikut:
Penceramah : “Bapak ibu para jamaah pengajian yang berbahagia, Inaku hormati, Gusti Alloh  senantiasa membuka pintu tobat bagi hambanya yang mau bertaubat… segala    amalan yang kita buat I wonua ino…sebiji jarakpun akan dicatat oleh Gusti
Alloh….”
~ inaku = yang saya
~ I wonua ino= di dunia ini
                   
*      Contoh 2 : misalnya dalam kegiatan belajar mengajar Seperti contoh berikut:
Pak Guru : Assalamualaikum, selamat siang anak-anak ? Bagaimana kabarnya ? seha ?
~ Seha = Sehat

*      Contoh 3 : misalnya dalam kegiatan diskusi antar mahasiswa :
Kelompok I : Tarimakasih atas kesempatan yang diberikan kepada Ingami. Ingami dari kelompok I Morupokei materi Kami yang berjudul ‘’ sosiolinguistik’’.
~  Tarima kasih= Terima kasih
~  ingami =Kami
~  Morupokei = akan membawakan

*      Contoh 4 : misalnya dalam kegiatan Tanya jawab dalam forum resmi :
Penutur : perkenalkan, Tamonggu Tiwi, saya ingin bertanya bagaimana pendapat bapak tentang pergaulan sex zaman sekarang ? apa yang harus kita mowai, agar anak cucunggu tidak terjerumus oleh pergaulan bebas ?
~  Tamonggu = nama saya
~ Mowai  = lakukan
~ cucunggu = Cucu kita

*      Contoh 5 : misalkan dalam kegiatan melamar pekerjaan :
Penutur : kenapa Inggo’o sangat ingin bekerja disini ? bakat apa yang Hanumu ?
~ Inggo’o=Anda
~ Hanumu= miliki

SEMOGA BERMANFAAT !!!!
Saya harapkan kritik dan saran yang membangun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar