Jumat, 08 Juli 2016

NASKAH "Pertemuan Itu"



Naskah
“ Pertemuan itu ”
 oleh Tiwi

Tokoh :
Ibu Aminah ( sebagai Ibu Arya)
Imah ( sebagai Pacar Arya )
Tiwi ( sebagai Istri Arya )
Imah ( sebagai Anak Arya dan Tiwi )
Ibu Retno ( sebagai Ibu Imah)
(masih terlalu pagi, cahaya matahari masih berupa geliat menyapa sebuah gubuk tua ketika seorang perempuan setengah baya menyapu di halaman)
Ibu Aminah : sudah genap tujuh tahun kau pergi nak, semoga apa yang kau cita-citakan dari kecil bisa kau capai (berhenti menyapu sambil memandang kosong ke depan) ah, apa kau sudah lupa sama ibu yang tua ini? bahkan selembar surat pun tak jua kau kirim nak sebagai orang yang melahirkanmu, rasa khawatir ini begitu kuat huft....(menghela nafas) semoga kau selalu dalam lindungannya (menyelesaikan menyapu lalu beranjak menjemur kayu bakar yang tampak basah sisa hujan semalam) semoga hari ini kayu-kayu ini bisa habis terjual agar bisa buat beli beras yang harganya tiap hari naik terus (asik menjemur kayu sampai tak sadar ada seorang perempuan mendatanginya)
Imah : ibu wah pagi-pagi sudah bekerja (sambil duduk dibawah sebatang pohon) itu kayunya mau di jual ya?
Ibu Aminah : (kaget) eh nak imah (berdiri menghadap imah) iya nak, ini ibu mau jual sebentar sore di pasar (menengok kekayu), maklumlah nak, ibu ini tidak punya apa-apa, yah selama ibu masih bisa mengerjakan kenapa tidak (tersenyum)
Imah : ow begitu ya bu?
Ibu Aminah : iya nak,
Imah : ibu tidak takut disini sendirian?
Ibu Aminah: takut apa?
Imah: yaa...sama kegelapan, kesunyian, keterasingan dan.... ah sudahlah bu (memotong ucapan sambil memandang cemas pada ibu aminah)
Ibu Aminah: ibu ini sudah tua nak, apa lagi yang harus ibu khawatirkan selain nasib anak ibu dirantau sana yang belum juga ada kabarnya
Imah : arya tidak pernah pulang ya bu, sudah berapa lama arya tidak pulang bu?
Ibu Aminah : sudah tujuh tahun nak, ah ibu rindu arya, semoga dia selalu dalam lindungan sang kuasa (menatap imah dengan perasaan rindu)
Imah: amin, pastilah itu bu?
Ibu Aminah : memang dari kecil dia sudah bilang mau mengejar cita-citanya di kota, apa selama imah sekolah disana tidak pernah ketemu sama arya?
Imah : ( gelagapan) iya...eh...tidak bu...hehehehe (tersipu)
Ibu Aminah : bukankah imah sekolah dikota? perasaan imah sudah seminggu di sini, gimana dengan sekolahmu nak?
Imah : iya bu, imah selesai sekolah sebulan yang lalu, makanya imah langsung pulang kampung bu, mau mengurus berkas-berkas sebelum nanti berangkat lagi ke kota tuk cari kerja
Ibu Aminah : oh begitu ya nak?
Imah : iya bu
Ibu Aminah : jika nak imah ke kota tuk kerja, tolong cari informasi soal arya yah nak? jika imah ketemu sama arya di kota, tolong ingatkan dia tentang ibu disini....ibu rindu sama dia nak...
Imah : iya bu....duh saya pamit dulu bu, mau pulang menyiapkan air panas untuk ibu dan adik yang mau ke sekolah, permisi yah bu? (berlalu sambil melempar senyum yang tak jelas pada ibu minah)

Ibu Aminah : (menatap punggung imah dalam diam, lalu mulai berbicara ketika imah telah hilang di belakang panggung) ah udara ini mulai gerah, apakah hujan akan turun? (memandang langit lalu beralih pandang kedepan dengan murung) kapan kau akan pulang nak? tak rindukah kau pada ibumu ini? (mulai menangis) setiap saat ibu selalu mendoakan dirimu nak, berharap disuatu masa kau datang memeluk ibu sambil menceritakan kisah perantauanmu, pulanglah nak, ibu sudah usur dan tidak lama lagi menuntaskan usia ibu (lampu padam perlahan-lahan seiring ibu minah berjalan dan menghilang di belakang gubuk)

ADEGAN 2
(suasan remang-remang di sebuah teras rumah ketika malam telah menampakan wujudnya pada alam, nampak imah sedang membaca sebuah buku catatan dengan serius)

Imah : ah mengapa aku begitu mudah menerima kata-kata itu, mengapa waktu itu saya mengabaikan segala ajaran-ajaran yang mereka berikan padaku, mengapa? (melamun memikirkan sesuatu lalu menatap ibunya yang berjalan ke arahnya)

Ibu Retno : sudah nyaris larut malam, kamu belum ngantuk? apa lagi ini diteras, angin malam tidak baik untuk kesehatan dan juga akhir-akhir ini ibu lihat kau sering gelisah nak (menatap anaknya)
Imah : iya bu, akhir-akhir ini imah seperti kesusahan untuk terlelap pulas

Ibu Retno : apa yang kamu gelisahkan nak?

Imah : ah tidak apa-apa bu, mungkin karena baru seminggu disini setelah bertahun-tahun di kota, mungkin imah butuh adaptasi lagi sama suasana disini bu.

Ibu Retno: (memegang bahu anaknya) hm begitu yah? atau mungkin imah sedang menyembunyikan sesuatu dari ibu? (tersenyum menggoda)

Imah : ah ibu, tidak ada kok (salah tingkah)

Ibu Retno : dari kecil, ibu membesarkan mu nak, jadi ibu tau jika ada yang kamu sembunyikan dari ibu? bisa jelaskan itu ke ibu?

Imah : tidak ada bu, percaya sama imah (tertunduk tersipu) ah ibu....bu, imah pamit dulu mau istirahat, semoga saja imah bisa segera lelap (berjalan meninggalkan ibunya menuju kamar)

Ibu Retno: hmm ibu tau apa yang kamu pikirkan nak, semoga dia orang yang terbaik untuk mu dan keluarga kita (berjalan masuk kedalam rumah dan melintasi kamar imah, lalu berhenti karena mendengar suara tangisan imah)

Imah : (menangis di tepi pembaringan) mengapa begini? ah sekarang baru saya merasakan sesal yang begitu sakit, apa lagi jika ibu sampai tau yang sebenarnya, ya tuhan kenapa saya bisa semudah itu percaya

Ibu Retno: kamu kenapa nak? apa maksudmu dengan "apa lagi jika ibu sampai tau?".

Imah : (kaget menyembunyikan wajahnya) ah ibu, imah tidak apa-apa bu....imah...

Ibu retno : (memotong pembicaraan imah) tidak apa-apa bagaimana? coba jelakan ke ibu, mengapa imah menangis dan apa maksud kata-kata imah tadi!

Imah: tidak apa-apa bu, sungguh....imah cuma rindu sama seseorang yang jauh disana

Ibu Retno: huumm...itu rupanya, jadi kapan kau perkenalkan dia pada ibu nak?

Imah : nanti bu, jika semua sudah siap

Ibu Retno: ibu percaya sama imah, bahwa imah bisa memilih lelaki yang terbaik (berjalan meninggalkan anaknya sambil tersenyum)

ADEGAN 3

(matahari kembali menyapa alam dikaki bukit pada gubuk ibu aminah tampak ada sedikit perubahan suasana, seorang anak kecil berlarian, seorang lelaki berkaca mata sedang duduk menikmati segelas kopi dan agak jauh darinya tampak ibu aminah dan seorang wanita berparas sederhana tampak saling bertukar obrolan dan senyuman, lalu ibu aminah menuju pada lelaki itu, sementara wanita berparas sederhana itu menuju pada anak kecil yang sedang asik bermain)

Ibu Aminah : mengapa kau tidak mengabari ibu soal pernikahan kalian arya?

Arya: maaf bu, bukannya arya ingin jadi anak yang tidak tau balas budi tapi semua arya lakukan semata karena arya takut orang tua tiwi tidak merestui hubungan kami karena waktu pertama melamar tiwi saya dan tiwi sudah sepakat bahwa saya akan mengaku sebatang kara agar biaya pernikahan sepenuhnya di tanggung orang tua tiwi (meraih tangan ibunya lalu menitikan airmata) maafkan arya bu....maafkan (menenggelamkan wajah ditelapak tangan ibunya)

Ibu Aminah : kenapa mesti begitu anakKu? apakah Kamu malu mempunyai orang Tua yang seperti Ibu ini? (menatap anaknya yang bersimpuh di pangkuanya, lalu menatap tiwi dan anaknya yang berjalan menuju mereka)

Arya: bukan begitu Bu, tapi ah arya bingung mau jelakan Bu.. maafkan Arya bu (tanganya yang satu meraih lalu merangkul anaknya)

Tiwi : maafkan Kami bu, bukannya Kami tidak mau mengakui keberadaan Ibu kepada orangtuaKu, dan bukan salah Mas Arya juga bu, tapi ini demi kebaikan Kami berdua agar orang Tua tiwi dapat merestui hubungan Tiwi (memegang pundak suaminya sambil ikut bersimpuh pada pangkuan ibu aminah)

Ibu Aminah: sesungguhnya ibu kecewa nak, tapi ibu harus mengerti juga keadaan kalian, ibu juga bersyukur karena tak ada lagi masalah dan kalian juga sudah datang mengunjungi ibu disini, ibu bahagia nak (menyuruh anak dan menantunya bangun)

Tiwi : oh iya, dari kemarin ibu belum sempat mengakrabkan diri sama cucu ibu (sambil tersenyum menatap ibu aminah)

Ibu Aminah: hahahaa....iya yah, mana cucuku? (sambil meraih lengan cucunya yang dalam dekapan tiwi) sini main sama nenek ya? nenek akan mengajari kamu cara membuat ketapel seperti yang pernah nenek ajarkan ke bapakmu (mengajak cucunya menuju belakang rumah)

Tiwi : (menatap mertuanya hingga hilang dari pandangan lalu menatap suaminya) mas .. aku kasihan melihat ibu, yang sedari dulu mengharapkan kehadiran mu, bagaimana pun juga kita harus memberitahu kepada mama bapak, tetang keberadaan ibu yang sebenarnya

Arya : (menatap ibu dan anaknya yang hilang di belakang rumah, lalu menatap istrinya) iya wi, tapi apa mereka akan mengerti wi?

Tiwi : pasti mereka akan mengerti mas, apa lagi dengan adanya cucu pastilah mereka akan menerima mas

Arya : tapi bagaimana caranya wi?

Tiwi : kita bilang saja ketika pulang bahwa kepergian kita kesini sebenarnya bukan bertamasya tapi kita pergi mengunjungi ibu mas arya disini

Arya : (berdiri) saya masih ragu wi, apa yang akan mereka katakan jika tau bahwa selama ini kita membohongi mereka?

Tiwi : ya kita kan bisa cari waktu yang tepat untuk membahas masalah ini ke mereka

Arya : huft....baiklah wi, tapi apa pun yang terjadi kita tidak boleh berpisah ya wi?

Tiwi : iya arya, saya akan selalu di sampingmu (tersenyum meraih tangan suaminya)

Tiwi : tapi masih ada yang mengganggu pikiran tiwi mas

Arya : apa itu wi?

Tiwi : sudah nyaris dua hari kita disini tapi belum juga ketemu sama imah, kapan mas akan mengajak saya kerumah imah?


Arya : ah iya saya lupa wi....hahahaha...bagaimana kalau besok pagi kita kesana?

Tiwi : iya mas....ah sudah lama kita tidak bertemu sama dia mas, semoga keadaan dia baik-baik saja

Arya : iya wi

Tiwi : kira-kira anaknya cowok atau cewek ya mas? karena seingat tiwi terakhir kita ketemu dia lagi hamil

Arya: (menghembus nafas berat) entah wi, biar besok saja kita pastikan

Tiwi: dia pasti akan senang ketika dia tau bahwa nama anak kita adalah imah

Arya : pasti lah itu wi, dia pasti akan gembira

Tiwi : (ragu) bisa tiwi tanya satu hal mas?

Arya : iya apa itu wi?

Tiwi : tapi apa pun itu jangan jadikan ini bahan pertengkaran ya mas?

Arya : iya apa itu sayang?

Tiwi : apa mas masih memiliki rasa sayang sama imah? maaf mas

Arya : (kaget lalu marah) gila kamu wi, angin apa yang membuatmu berpikir seperti itu? jika saya sayang sama dia, buat apa saya memilih kamu?

Tiwi : bukan begitu maksud saya mas tapi
Arya : (memotong) akh sudahlah wi, sebaiknya kita jangan bertengkar disini hanya karena hal itu, malu sama ibu

Tiwi : iya maaf mas....saya tadi tiba-tiba teringat sama perkataan imah "saya akan merawat anak ini meski tanpa suami sebab bagiku cuma ada satu laki-laki yaitu kamu arya" itu ucapan imah yang tiba-tiba saya ingat mas dan jika esok kita ketemu imah dan keadaan dia masih sesuai dengan apa yang dia ucapkan dulu, tiwi rela jika mas menjadikan dia istri kedua mas (tertunduk)

Arya : (berjalan mondar-mandir menahan geram) kamu benar-benar sudah gila wi, apa kamu pikir saya ini lelaki yang hoby kawin? satu saja tidak habis buat apa cari dua.....pasti ada alasan lain mengapa tiwi bicara begitu....jujurlah wi apa yang mengganjal di hati tiwi, apa tiwi ingin kita berpisah?

Tiwi : (terburu-buru) tidak mas, bukan begitu, tiwi cuma takut saja kehilangan mas , maafkan tiwi mas jika tiwi berfikiran yang tidak-tidak

Arya : (berusaha menahan emosi) saya tau dulu saya dan imah adalah sepasang kekasih wi tetapi bukankah saya sudah memilihmu untuk jadi istri bukan dia.

Tiwi : iya mas tiwi tau, tapi....

Arya : tapi apa lagi wi? saya sudah memilih kamu dan tidak akan memilih yang lain lagi....paham?

Tiwi : iya mas, semoga imah benar-benar tidak menyimpan dendam ya mas, soalnya sebagai seorang perempuan saya benar-benar paham bagaimana jadi imah

Arya : tidak akan wi, imah bukan tipe pendendam, lagian dulu kan dia sudah bilang ikhlas melepas bahkan dia bahagia karena tiwi yang jadi labuhan hatiku

Imah : (datang memotong perbincangan mereka) iya awalnya saya tidak akan dendam, tapi dengan semua penderitaan yang saya alami akhirnya saya memutuskan akan membalas semua ini pada kalian

Arya : (salah tingkah) imah?

Imah : iya saya, mengapa kamu pucat arya? apa kamu sedang menatap hantu? hahahahahaa saya belum mati arya, saya kemari untuk menuntaskan rasa sakit saya karena perbuatan kalian

Tiwi : (pucat memegang tangan suaminya) apa maksudmu imah?

Imah : (memandang jauh kedepan) sewaktu kalian melangsungkan pernikahan kalian, saya sedang bertarung melawan kematian akibat mobil yang di kendarai salah satu tamu kalian menyerempet saya hingga terjatuh di trotoar dan kalian tau apa akibatnya? (menatap tajam arya dan tiwi) saya mengalami keguguran dan anak yang sudah saya niatkan akan besarkan meninggal semua karena kalian (terduduk lesu seolah tak ada tenaga lagi)

Tiwi : (menangis) maafkan kami imah

Imah : (marah menatap) maaf? maaf katamu? iblis mungkin bisa memaafkan kalian tapi tidak denganku

Arya : (mulai tenang) lalu apa yang akan kau lakukan imah?

Imah : (menatap tajam) membunuh dia (lalu meloncat sambil menghunus pisau dan menerjang ke arah tiwi) gara-gara kau hingga arya mencampakan saya

Tiwi : (tercengan tanpa bisa berbuat apa-apa) akhhhh
Arya : akhh...(memegang pisau yang tertancap didadanya sebab melindungi tiwi lalu maju memeluk imah).....semua salahku imah, tiwi justru selama ini mengkhawatirkan keadaanmu, maafkan aku imah

Tiwi : suamikuuu....(jatuh pingsan)

Arya : imah (terbata-bata sambil satu tangan memegang imah dan atunya lagi memegang perut yang telah dihunjamkan pisau) hampir setiap saat tiwi menanyakan tentangmu dan dia ingin sekali (terbatuk) mengangkatmu sebagai saudara, dia begitu hormat akan kebesaran hatimu, bahkan kepulanganku kemari, selain ingin mengunjungi ibu, juga karena desakan dari dia yang ingin bertemu denganmu, bahkan anak kami pun dia namai sesuai dengan namamu......imah

Imah : (menatap kosong seolah orang yang lupa ingatan) dendamku ya...hanya dendam ini yang selalu membuatku bertahan hidup, bertahan menjalani hari-hari yang seolah menertawaiku, bertahan mendengar cemoohan dari orang dan juga bertahan untuk tidak merasakan indahnya berumah tangga.....(teriak) ya semua karena dendam ini dan itu karena ulah dia (jatuh lunglay bersama tumbangnya arya tak bernyawa)

Imah : (diam memandang kosong seolah-olah hilang kesadaran)

Ibu Aminah : (membuka pintu lalu berjalan gontay menuju ke tempat ketiga orang itu berada) arya anakku...tiwi...imah. ya allah (menangis dan bersimpuh di samping tubuh arya)

(lampu padam perlahan-lahan seiring suara orang ramai diluar dan suara sirine mobil polisi).



ADEGAN 4

(pagi hari, diteras rumah ibu aminah tampak tiwi sedang menyapu tak jauh darinya, anak nya sedang berlari sambil memainkan ketapel, di kejauhan terdengar suara anak-anak ramai seolah sedang mengejek)

Koor Anak Kecil: (VOICE) orang gilaaa....imah gila..imah gilaaaaa (makin lama makin kecil lalu hilang)

Tiwi : bagai mana jika hari ini kita ke makam nenk dan bapakmu nak?

Imah : iya bu....

Tiwi : kalau begitu, imah pergi petik beberapa bunga lalu simpan di kerjanjang ini yah? ibu mau menyiapkan beberapa peralatan dan bekal untuk kita santap di sana

Imah : iya (berjalan sambil membawa keranjang ke samping rumah)

Tiwi : (menatap jauh kedepan) sudah setahun sejak kejadian itu, namun selalu saja seolah-olah baru kemarin terjadi (berjalan menuju bangku di dekat pintu rumah) sudah dua kali ibu dan ayah di kota datang menjemput aku dan imah disini mas, tapi selalu kutolak, aku ingin menjagamu disini, hingga nanti aku dibaringkan di antara kau dan ibu (mulai menangis) setiap malam imah selalu minta di bacakan dongeng mas, bukankah kau tau bahwa aku tak pandai mendongeng, aku hanya bisa menceritakan dia kisah tentang seorang ibu tua yang ditinggal anaknya merantau bertahun-tahun, kisah tentang kemuliaan seorang perempuan yang namanya telah kita abadikan pada anak kita dan juga kisah sepasang bidadari yang kini jadi penghuni sebuah gubuk di kaki bukit, dia suka mas, hampir tiap malam dia minta kisah-kisah itu ku bacakan untuknya sebelum tidur, ah adndai kau ada disini mas tentu dongeng yang kau caritakan padanya akan lebih bagus lagi (menyeka airmatanya sebab mendengar langkah kecil imah yang menuju ke tempatnya) sudah dapat bunganya nak? coba sini ibu lihat? wah pintar anak ibu (mencoba tersenyum), nah sekarang imah tunggu disini yah? ibu kedalam sebentar

Imah : iya bu (mentapa ibunya yang berjalan masuk kedalam rumah. lampu padam perlahan-lahan, sayup-sayup terdengar alunan musik daerah yang khas)


                                                 TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar