Berikut akan saya paparkan tentang pengertian dan contoh
dari Ahli Kode dan Campur Kode dalam Sosiolinguistik. Ini merupakan tugas mata
kuliah Sosiolinguistik sewaktu saya duduk disemester empat, tugas ini ingin ku
share kepada teman-teman sekalian supaya lebih memudahkan dan memahami kalian
khususnya saya mengenai apa yang dimaksud dengan Ahli Kode dan Campur Kode.
Saya harap teman-teman dapat bisa dan lebih memahami pengertian mengenai Ahli Kode dan Campur Kode dan diharapkan kepada
pembaca buatlah contoh Ahli Kode dan campur kode sesuai dengan suku kalian atau
bahasa yang kalian gunakan dikampung halaman kalian, agar kita dapat saling
mengenal dan mengetahui bagaimana bahasa dari masing-masing daerah kita, ok?
Kalau sudah share yah keteman-teman yang lain.
Disni saya menggunakan dialek dengan dua bahasa, yang
pertama bahasa Tolaki dan Bahasa Indonesia, disini perlu saya jelaskan bahwa
sebenarnya bahasa Tolaki yang saya gunakan bukan asli bahasa saya, hanya saya
tinggal di daerah suku Tolaki jadi saya berinisiatif untuk belajar bahasa
Tolaki, contoh dibawah ini saya buat sendiri tetapi saya terjemahkan kedalam
bahasa Tolaki ini dari teman kuliah saya yang kebutulan dia asli Tolaki dimana
tempat tinggal saya berada sekarang ini, yaitu di Kota Sulawesi Tenggara, Kab
Kolaka, Kec Pomalaa, Kel Dawidawi.
Berikut pembahasannya:
1.
Alih Kode
Alih
kode atau code switching adalah peristiwa peralihan dari satu kode ke kode
yang lain dalam suatu peristiwa tutur. Misalnya, penutur menggunakan bahasa
Indonesia beralih menggunakan bahasa Inggris. Alih kode merupakan salah satu
aspek ketergantungan bahasa (language dependency) dalam masyarakat
multilingual. Dalam alih kode masing-masing bahasa cenderung masih mendukung
fungsi masing-masing dan masing-masing fungsi sesuai dengan konteksnya.
Nababan
(1984:31) menyatakan bahwa konsep alih kode ini mencakup juga kejadian pada
waktu kita beralih dari satu ragam bahasa yang satu ke ragam yang lain.
Misalnya, ragam formal ke ragam santai, dari kromo inggil (bahasa jawa) ke
bahasa ngoko dan lain sebagainya. Kridalaksana (1982:7) mengemukakan bahwa
penggunaan variasi bahasa lain untuk menyesuaikan diri dengan peran atau
situasi lain, atau karena adanya partisipasi lain disebut alih kode. Holmes
(2001:35) menegaskan bahwa suatu alih kode mencerminkan dimensi jarak sosial,
hubungan status, atau tingkat formalitas interaksi para penutur.
Berdasarkan
pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa alih kode merupakan gejala peralihan
pemakaian bahasa karena perubahan peran dan situasi. Alih kode
menunjukkan adanya saling ketergantungan antara fungsi kontekstual dan
situasional yang relevan dalam pemakaian dua bahasa atau lebih.
Contoh 1
Penutur I : “Sudah lama di Bandung, Pak?”
Penutur II : “Lama juga, dari sejak kuliah.”
Penutur I : “Dulu SMAnya memang di mana?”
Penutur II : “Di Kolaka.”
( Tiba-tiba Penutur I
beralih ke bahasa Tolaki setelah mengetahui Penutur II mengetahui tempat
asalnya )
Penutur I : “Aso kambomiu
pera“
( kita satu kampung itu )
Penutur II : “Humbe poiya'amu ikeni ?”
( Dimana kamu tinggal disini )
Penutur I : “Ikeni inaku mo'iya i'kandari”
( disini saya tinggal dikendari )
( kita satu kampung itu )
Penutur II : “Humbe poiya'amu ikeni ?”
( Dimana kamu tinggal disini )
Penutur I : “Ikeni inaku mo'iya i'kandari”
( disini saya tinggal dikendari )
Contoh
2
Penutur
I : “ Mbakoe i hawi i putri pekakei
pak la'alu.“
( Kenapa kemarin Putri dipanggil sama Pak La'Alu )
Penutur II : “ Oo..hanu bara la'a tugas no konohari pasipolei nilai no..”
( Ooo katanya masalah tugas, ada yang tidak tuntas nilainya )
Penutur I. : " inae ? "
( siapa ? )
Penutur II. : " Vika i'yamu teninggei iro'o oho.. "
( Vika, jangan kamu kasih tau dia nah?)
( Kenapa kemarin Putri dipanggil sama Pak La'Alu )
Penutur II : “ Oo..hanu bara la'a tugas no konohari pasipolei nilai no..”
( Ooo katanya masalah tugas, ada yang tidak tuntas nilainya )
Penutur I. : " inae ? "
( siapa ? )
Penutur II. : " Vika i'yamu teninggei iro'o oho.. "
( Vika, jangan kamu kasih tau dia nah?)
Penutur III datang, lalu beralih ke bahasa indonesia
Penutur III : "Apa yang kalian bikin disini?"
Penutur I : "Duduk-duduk"
Contoh
3
Penutur 1 : "cewek. Boleh
kenalan?"
Penutur 2 : "iya."
(Bersalaman)
Penutur 1 : "Rian"
Penutur 2 : "Saya Tiwi"
Penutur 1 : "Tinggal dimana?"
Penutur 2 : "Di daerah Dawidawi."
Penutur 1 : "Asli mana?"
Penutur 2 : "Kendari."
Penutur 1 : "Berarti inggito aso kambo, inaku to'onggu ari kandari"
( berarti kita satu kampung, saya juga dari kendari)
Penutur 2. : " o iye"
(Iya)
Penutur 1 : " Hapo niwai mu i'keni.. "
( Apa yang kamu lakukan disini )
Penutur 2. : " Keno inaku kuliah,keno inggo'o hapo niwaimu ikeni?? "
( Saya kuliah, kalau kamu apa yang kamu lakukan disini? )
Penutur 1. : "Modama"
( Kerja )
Penutur 2 : "iya."
(Bersalaman)
Penutur 1 : "Rian"
Penutur 2 : "Saya Tiwi"
Penutur 1 : "Tinggal dimana?"
Penutur 2 : "Di daerah Dawidawi."
Penutur 1 : "Asli mana?"
Penutur 2 : "Kendari."
Penutur 1 : "Berarti inggito aso kambo, inaku to'onggu ari kandari"
( berarti kita satu kampung, saya juga dari kendari)
Penutur 2. : " o iye"
(Iya)
Penutur 1 : " Hapo niwai mu i'keni.. "
( Apa yang kamu lakukan disini )
Penutur 2. : " Keno inaku kuliah,keno inggo'o hapo niwaimu ikeni?? "
( Saya kuliah, kalau kamu apa yang kamu lakukan disini? )
Penutur 1. : "Modama"
( Kerja )
Contoh
4
Penutur 1. : "Hapo niwai mu
i'keni..?"
( apa yang kamu lakukan disini? )
Penutur 2. : "Inaku la'a mo'oli.."
( Saya lagi belanja )
Penutur 1. : "Inae walimu leu..?"
( Sama siapa kamu datang?)
Penutur 2. : "Tantenggu"
( Tante ku )
( apa yang kamu lakukan disini? )
Penutur 2. : "Inaku la'a mo'oli.."
( Saya lagi belanja )
Penutur 1. : "Inae walimu leu..?"
( Sama siapa kamu datang?)
Penutur 2. : "Tantenggu"
( Tante ku )
( Tiba-tiba Tante si
penutur muncul yang dari jakarta lalu beralih kebahasa indonesia)
Penutur 1. : Lagi belanja apa
tante?
Penutur 3. : ini ,, ( sambil menunjukkan belanjaannya )
Penutur 3. : ini ,, ( sambil menunjukkan belanjaannya )
Contoh
5
Penutur 1
: "Saya mau ke rumah sakit besok "
Penutur 2 : "Siapa sakit ? "
Penutur 1 : "Retno "
Penutur 3 : "Saya ikut juga "
Penutur 2 : "Siapa sakit ? "
Penutur 1 : "Retno "
Penutur 3 : "Saya ikut juga "
( Tiba-tiba penutur 4
muncul yang tidak sengaja mendengar mereka berbicara, dan juga memberitahu
mereka menggunakan bahasa tolaki yang )
Penutur 4 : "Modeai i Retno
bara mosalaki arino poko pekulei wali no.. "
( Katanya Retno mengalami kecelakaan ketika dia ingin mengantarkan pulang kekasihnya )
Penutur 1 : " Humbe inggo’o modeai iro’o berita ?"
( Dimana kamu dengar berita itu? )
Penutur 4 : " Ku modeai ari tetanggano, kebetulan tetanggangu keluargano wali no Retno " ( Saya mendengar dari tetangga, kebetulan tetangga saya keluarga dari kekasih Retno)
( Katanya Retno mengalami kecelakaan ketika dia ingin mengantarkan pulang kekasihnya )
Penutur 1 : " Humbe inggo’o modeai iro’o berita ?"
( Dimana kamu dengar berita itu? )
Penutur 4 : " Ku modeai ari tetanggano, kebetulan tetanggangu keluargano wali no Retno " ( Saya mendengar dari tetangga, kebetulan tetangga saya keluarga dari kekasih Retno)
2. Campur Kode
Nababan
(1984:32) mengatakan campur kode adalah suatu keadaan berbahasa dimana orang
mencampur dua (atau lebih) bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak tutur.
Dalam campur kode penutur menyelipkan unsur-unsur bahasa lain ketika sedang
memakai bahasa tertentu. Sebagai contoh si A berbahasa Indonesia. Kemudian ia
berkata “sistem operasi komputer ini sangat lambat”. Lebih lanjut, Sumarsono
(2004:202) menjelaskan kata-kata yang sudah mengalami proses adaptasi dalam suatu
bahasa bukan lagi kata-kata yang mengalami gejala interfensi, bukan pula alih
kode, apalagi campur kode. Dalam campur kode penutur secara sadar atau sengaja
menggunakan unsur bahasa lain ketika sedang berbicara. Oleh karena itu, dalam
bahasa tulisan, biasanya unsur-unsur tersebut ditunjukkan dengan menggunakan
garis bawah atau cetak miring sebagai penjelasan bahwa si penulis
menggunakannya secara sadar. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan
bahwa campur kode merupakan penggunaan dua bahasa dalam satu kalimat atau
tindak tutur secara sadar.
Kegiatan campur kode
untuk tujuan lebih mengakrabkan suasana antara pembicara dan pendengar
juga dapat kita temukan pada kegiatan-kegiatan semi formal,
Contoh
1 : misalnya dalam kegiatan ceramah agama Seperti contoh berikut:
Penceramah : “Bapak ibu para jamaah pengajian yang berbahagia, Inaku hormati, Gusti Alloh senantiasa membuka pintu tobat bagi hambanya yang mau bertaubat… segala amalan yang kita buat I wonua ino…sebiji jarakpun akan dicatat oleh Gusti Alloh….”
~ inaku = yang saya
~ I wonua ino= di dunia ini
Penceramah : “Bapak ibu para jamaah pengajian yang berbahagia, Inaku hormati, Gusti Alloh senantiasa membuka pintu tobat bagi hambanya yang mau bertaubat… segala amalan yang kita buat I wonua ino…sebiji jarakpun akan dicatat oleh Gusti Alloh….”
~ inaku = yang saya
~ I wonua ino= di dunia ini
Contoh
2 : misalnya dalam kegiatan belajar mengajar Seperti contoh berikut:
Pak Guru : Assalamualaikum, selamat siang anak-anak ? Bagaimana kabarnya ? seha ?
Pak Guru : Assalamualaikum, selamat siang anak-anak ? Bagaimana kabarnya ? seha ?
~ Seha = Sehat
Contoh 3 : misalnya dalam kegiatan diskusi
antar mahasiswa :
Kelompok
I : Tarimakasih atas kesempatan yang
diberikan kepada Ingami. Ingami dari kelompok I Morupokei materi Kami yang berjudul ‘’
sosiolinguistik’’.
~
Tarima kasih= Terima kasih
~
ingami =Kami
~
Morupokei = akan membawakan
Contoh 4 : misalnya dalam kegiatan Tanya
jawab dalam forum resmi :
Penutur
:
perkenalkan, Tamonggu Tiwi, saya
ingin bertanya bagaimana pendapat bapak tentang pergaulan sex zaman sekarang ?
apa yang harus kita mowai, agar anak
cucunggu tidak terjerumus oleh
pergaulan bebas ?
~
Tamonggu = nama saya
~ Mowai = lakukan
~ cucunggu = Cucu kita
Contoh 5 : misalkan dalam kegiatan melamar
pekerjaan :
Penutur
: kenapa Inggo’o sangat ingin bekerja disini ?
bakat apa yang Hanumu ?
~ Inggo’o=Anda
~ Hanumu= miliki
SEMOGA BERMANFAAT !!!!
Saya harapkan kritik dan saran yang membangun.